Kisah dibalik Berdirinya Slank Hingga Sekarang




KISAH PERJALANAN SLANK MENINGGALKAN NARKOBA

Keringat bermanik-manik di wajahnya. Tubuhnyamenggigil. Wajahnya yang tirus dan kuyu menyemburatkan rasa sakit yang sangat. Napasnya pun tersengal-sengal. Di puncak rasa sakit yang tak terperikan, anakmuda yang sakaw (ketigahan narkoba), teringat pada Allah. ”Ya, Allah, sembuhkan aku dari rasa sakit ini, bebaskan aku dari jerat narkoba,” hatinya mengerung, memanjatkan doa.

Sekonyong-konyong, ia merasa ada kesejukan, mengaliri jiwanya. Kesejukan itu bagaikan air yang merendam rasa sakit pada jasmaninya.
Bimbim, demikian anakmuda yang sakaw itu, tak dapat melupakan pengalaman tersebut. Pengalaman itu, tak sekadar membekas di bilik hatinya, tetapi memicunya untuk mendekatkan diri pada-Nya sekaligus lebih menghayati agama Islam. Sepotong doa, baginya di puncak kritis, menjadi obat yang mengeluarkannya dari jerat narkoba.

Bimbim, siapa tak mengenal nama itu? Nama itu terpahat di benak para slanker, penggemar grup rock Slank. Bimbim bersama personel Slank, seperti jamaknya bagi sebagaian rocker pada kala itu, memang sempat menjadi budak narkoba. Narkoba bagaikan setan. Awalnya, mengiming-iming kebebasan berekspresi dan kekayaan kreativitas, sehingga mereka menggunakan narkoba untuk eksis di blantika musik Indonesia. ”Dulu dengan menggunakan narkoba memang bisa membantu,” kisah Bimbim.
Tak mengherankan, narkoba menjadi gaya hidup, awak Slank. Tak hanya Bimbim, Kaka dan Irfan pun mengonsumsinya.Maka dengan mata celong, kelakukan tak terkontrol, mereka lebih mirip monster di panggung. Ironisnya, penggemarnya mengelu-elukannya. ”Yang ganjil malahan orang luar yang melihat kita. Kita sih ngerasa benar juga,” kenang Bimbim.

Namun, narkoba itu laiknya setan. Setelah terjerumus kepada narkoba, Bimbim maupun Kaka belakangan merasa daya ”sihir” narkoba, berkurang. Sebaliknya, mereka merasa fisik dan jiwa kian layu, bahkan, mengutip istilah mereka, ”hampir mati.” Merasakan dampak buruknya, awak Slank pun sepakat untuk keluar dari jebakan narkoba. Semula, mereka mencoba mengurangi dosis, dengan harapan kelak dapat berhenti.
Kenyataannya? Hingga lima tahun, mereka tak kunjung berhenti. ”Jadi kalau mau berhenti harus mendadak. Hari ini mau berhenti, ya hari itu juga nggak lagi mau bersentuhan dengan narkoba,” jelas penabuh drum itu. Kaka, sang vokalis, berpendapat demikian. Ia melukiskan, obat dan dokter hanya pembantu, yang utama ialah niat untuk berhenti. Irfan, pemain bass, menambahkan dari semua itu kemauan memohon petunjuk Allah. ”Tanpa berdoa nggak mungkin kita bebas dari narkoba.” Mereka yang tak percaya Allah mustahil keluar dari jerat narkoba.
Tanpa bantuan Allah dan dukungan keluarga, para awak Slank itu meyakini, mustahil dapat sembuh. ”Kita nggak lupa berdoa. Ya berdoa untuk karier kita dan supaya lepas dari narkoba. Alhamdulillah akhirnya dijawab oleh Allah dan kita diberi kesempatan sekali lagi,” kisah Bimbim.

Di sisi lain, menurut Kaka, peran keluarga terutama Bunda (orangtua Bimbim) menyebabkan mereka sembuh. Bunda begitu sabar dan telaten merawat mereka. Menghadapi awak-awak Slank, Bunda memperlakukan mereka, tak ubahnya bayi. Berkat doa mereka sendiri maupun Bunda sekaligus ketawakkalan orangtua tersebut, mereka sembuh dari narkoba, pada 2000.

Kelimanya — Bimbim, Kaka, Ridho, Abdi dan Ifan — kini merasa lebih sehat jasmani maupun rohani dibandingkan dulu. Berhasil keluar dari kungkungan ”setan” tersebut, merupakan pengalaman rohani yang terbesar, bagi awak Slank. ”Kalau dipikir-pikir mustahil kami dapat keluar, tanpa pertolongan Allah.”
Berkat pertolongan-Nya – yang jika Cuma menggunakan logika manusia mustahil mereka mendapatkan hidayah-Nya akibat keburukan perilaku – mereka menyadari betapa Allah maha pengasih. Mereka pun semakin berupaya mendekatkan diri kepada agama. Salah satu bentuknya berdoa sebelum konser. ”Ya bayangin aja, kita sering konser di banyak kota hanya dalam waktu tiga bulan. Kasarnya kalau bukan karena pertolongan Allah, kita pasti nggak akan kuat. Alhamdulillah konser berjalan lancar, ” ujar Bimbim.
Mengaku telah memulai ritual doa sebelum manggung sejak awal, Kaka mengisahkan, dengan semua awak Slank muslim, justru membuat kompak. ”Doanya bismillah dan baca fatihah,” kisah Kaka. Slank pun lebih dewasa, bahkan, kini berupaya menanamkan kesadaran bagi penggemarnya di sela-sela pertunjukan.
Pengalaman berkesan lainnya bagi para rocker ini saat turut memeriahkan Konser Hijriyah yang diselenggarakan Republika pada dua tahun silam. ”Tanpa pikir panjang kami iyakan, ini berkah tersendiri,” kenang Bimbim. Merupakan pengalaman musikal relijius pertama Slank, pada perhelatan keislaman itu, grup rock ini berkolaborasi dengan Hadad Alwi.

Apa yang dipetik dari pengalaman musikal relijius itu? mengandaikan konser itu merupakan bentuk lain ibadah Slank, Kaka mengakui ada nuansa berbeda karena sebelumnya tidak pernah menyanyikan lagu religius. Penjiwaan terhadap lagu inilah yang agak sulit dilakukan dalam tempo singkat. Bila untuk tembang pop rock biasanya hanya butuh waktu satu hari, tetapi menjiwai lagu religius baru bisa dua hari. Itupun setelah banyak bertanya kepada Hadad Alwi dan sejumlah orang yang memahami bahasa Arab.
Keseharian mereka pun kini kian islami terutama karena semua personelnya pemeluk Islam. Ini menciptakan suasana kondusif bagi Slank. Masing-masing menjadi bisa saling memberitahu dan memberi arah. Kadang salah satu dari kelimanya mengingatkan untuk shalat. Kendati kegiatan rutin keagamaan belum dilaksanakan, namun ada momen-momen tertentu yang mereka gunakan untuk berkumpul bersama. Semisal berbuka puasa, sahur dan takbiran bersama.

Bimbim pun kini lebih bening membandingkan masyarakat maju di negara sekuler. Di sana, menurutnya, sebagian penduduknya memang tak percaya Tuhan. Di Indonesia? Kendati hidup modern, masyarakatnya masih mengingat Allah. Bimbim pun berharap, mereka dapat mewujudkan impian di masa datang, yaitu menyelipnya nuansa reliji pada album-album barunya. Namun, Bimbim menegaskan, Islam tak harus identik dengan Arab, begitupun dengan musiknya. ”Bagi Slank, musik Islam dapat dibungkus dengan corak apapun, pop modern misalnya,” ujarnya.


SESEORANG MENGANCAM AKAN MEMBUNUH BIMBIM JIKA SLANK DIBUBARKAN

Benih-benih perpecahan itu semakin tumbuh. Ketidakcocokan mulai melebar antar personel ketimbang memperkuat komitmen awal saat membentuk Slank. Puncaknya adalah ketika Bongky, Indra, dan Pay harus keluar dari grup yang sudah mencengkeramkan pengaruhnya di blantika musik Tanah Air itu.

Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri karena perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam penggunaan narkoba.

"Slank pecah memang gara-gara mabok," kata Bongky dalam sebuah kesempatan. Menurut Bongky, kondisi Slank saat itu memang sudah tak bisa lagi diselamatkan. Hal ini pun disayangkan oleh para Slankers terhadap idolanya yang sudah melahirkan banyak karya bagus dengan kualitas musik yang luar biasa.

Sementara itu, Bim Bim sendiri enggan untuk mengomentari tudingan dari ketiganya. Yang pasti, keluarnya 3 anggota Slank itu sempat disesalkan olehnya.




"Gue nggak bisa larang mereka bertiga keluar. Jujur sebuah kebodohan yang nggak gue dan Kaka mengerti tapi inilah perjalanan, harus kehilangan mereka," kata Bimbim.

Perpecahan tersebut sebenarnya sudah bisa terlihat di album ke empat mereka di lagu 'Pisah Saja Dulu'. Bimbim bahkan berniat untuk membubarkan Slank. Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Isinya menyeramkan. Dia bersumpah untuk membunuh Bimbim jika Bimbim benar benar melaksanakan niatnya untuk membubarkan Slank.

"Kebayang seram juga dapat surat dengan isi menyeramkan. Si Slanker ini bersumpah akan membunuh Bimbim apabila drumer dan pendiri Slank ini serius dan benar-benar melaksanakan niatnya membubarkan Slank," kata Bimbim dengan bergidik ngeri.

Akhirnya tahun 1996 saat Slank menggarap album Lagi Sedih, Bongky, Pay, dan Indra keluar. Kemudian Kaka dan Bimbim, dalam kondisi masih terjerat narkoba, menggarap album keenam dengan bantuan additional player. Di sinilah Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivan yang waktu itu sering nongkrong di Potlot ikut membantu dalam mengerjakan proyek album keenam Slank di masa transisi.





Album Lagi Sedih yang dirilis Februari 1996 dengan single Koepoe Liarkoe dan Tong Kosong membuktikan Slank masih bisa bertahan. Pada akhirnya, tawaran manggung pun berdatangan. Namun saat tur tinggal menyisakan beberapa kota, Reynold menyatakan ingin keluar dari Slank. Alasan Reynold saat itu juga tak kuat karena kondisi Bimbim dan Kaka yang masih terjerumus narkoba.

"Gue dan Bimbim sempat membujuk untuk menunda pengunduran diri Reynold, tapi ya sudah kita jalan terus," kata Kaka ikut menimpali.

Diakui Bimbim, narkoba mengubah karakternya yang biasanya pendiam dan rapi menjadi suka berteriak-teriak dan bergaya slebor. "Sama saat itu, gue juga idem ditto dengan Bimbim," kata Kaka.

Pengalaman pahit terjerat narkoba memang menjadi bumerang tak hanya dalam urusan personel. Ketika mereka sedang sakaw namun tidak ada narkoba dalam sebuah perjalanan ke daerah untuk konser, Bimbim pernah sampai tak bisa bangun, padahal harus ada pertemuan dan tanya-jawab dengan wartawan. "Kaka yang ngadepin wawancara wartawan karena kondisinya lebih kuat meski dengan susah payah. Pokoknya hancur banget saat itu."





Slank membantah anggapan bahwa dengan mengonsumsi narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif. Justru sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa menghasilkan karya-karya bagus.

"Saat membikin album pertama hingga ketiga, kami belum memakai narkoba, tapi album itu terbukti paling bagus. Jadi, tanpa narkoba kami bisa menghasilkan karya yang bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi pengguna," ujar Kaka.

Ivan menjadi personel resmi Slank, dan manajemen langsung mencari mencari personel lain demi menyelesaikan sisa show di beberapa kota. Ivan merekomendasikan Abdee Negara untuk membantu Slank. Abdee dan Ivan memang sudah bersahabat lama dan satu band di Flash. Lalu masuk juga Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho yang baru saja menyelesaikan sekolah gitar.





Tahun 1997, lewat album ketujuh dengan single menghentak Balikin, Bimbim dan Kaka tampak serius ingin lepas dari ketergantungan narkoba. Peran personel Slank lain yang benar-benar bersih dari narkoba semakin menguatkan niat mereka.

"Gue dan Kaka berhenti (memakai ) narkoba bukan karena takut ditingal penggemar. Justru kami berdua ketakutan karena sikap kami yang nggak asyik itu mulai menular dan banyak diikuti penggemar. Hal itu yang membuat kita berpikir harus serius lepas dari barang ini," kata Bimbim.


Kisah Bunda Iffet Selamatkan Slank dari Narkoba

Ibu merupakan sosok spesial dan istimewa bagi hidup manusia. Karena dari ibu (dan bapak), maka lahir anak keturunannya hingga saat ini. Sosok ibu, dengan kesabaran, pengorbanan, dan kasih sayangnya, membimbing anak-anaknya agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

Ibu tak pernah lelah mendorong anak-anaknya untuk menjadi manusia yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Ibu tak pernah meminta imbalan atas curahan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya.

Hal itulah yang dirasakan oleh ibu kandung Bimbim, personel Slank, yakni Iffet Veceha Sidharta. Bunda Iffet, sapaannya, merupakan orang tua bagi empat personel Slank lainnya ini. Bunda Iffet menginginkan anak-anaknya sukses dalam menempuh karier Slank di jagat hiburan.

Hal itu ditunjukkannya dengan menjadi manajer Slank. Bunda Iffet bertanggung jawab membuat Slank kembali berjaya dan sukses seperti sebelumnya. Hal itu dilakukannya sejak Slank mengalami kemunduran pada 1996 silam akibat jeratan narkoba. Perlahan namun pasti, personel Slank berhasil terbebas dari narkoba dan kembali merajai belantika musik di Tanah Air.

“Saat itu, Bunda hanya memikirkan dan berusaha sungguh-sungguh agar anak-anak Bunda sembuh dan kembali normal,” ujar Bunda Iffet kepada Republika.

Betapa pun sulitnya situasi yang dihadapi, tak membuat Bunda Iffet menyerah. Dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, ia membimbing Bimbim dan personel Slank lainnya untuk kembali dan menjauhi narkoba.

Berbagai cara telah dilakukan Bunda untuk menyembuhkan anak-anak tersebut. Tapi, sebagai manajer sekaligus ibu, dirinya tidak ingin memaksa anaknya untuk berhenti. Bunda Iffet justru dengan sabar menunggu kesadaran anak-anaknya sendiri untuk lepas dari jeratan narkoba. “Memang tidak bisa langsung, harus pelan-pelan. Saya ingin mereka sendiri yang menyadarinya dan kemudian meninggalkannya,” ujarnya.

Akhirnya, band yang digawangi Kaka (vokal), Bimbim (drum), Abdee (gitar), Ridho (gitar), dan Ivanka (bas) berhasil lepas dari jerat narkoba dan terus berkiprah menghasilkan musik-musik hits dan mencapai usia 30 tahun dalam karier bermusiknya.

Bagi para personel Slank, sosok Bunda Iffet, bukan hanya sebagai manajer atau ibu saja, tetapi juga menjadi teman bagi Kaka, Bimbim, Abdee, Ridho, dan Ivanka. “Bunda memang memosisikan diri bunda menjadi tiga, manajer, ibu, dan teman agar mereka semua nyaman,” ujar Bunda Iffet.

Ia juga berharap, penggemar Slank, yakni Slanker, turut mendukung Slank dan bersama-sama menjauhi narkoba. “Saya berharap, Slank terus sukses dan eksis sampai kapan pun dengan tetap menjaga janjinya untuk jauh dari narkoba dan tetap menjadi contoh baik bagi para Slanker,” kata Bunda Iffet.

Salah satu upaya untuk terus menjaga Slank dari jeratan narkoba, Bunda Iffet tak henti-hentinya mengingatkan mereka untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya dengan menjaga shalat lima waktu. Harapan Bunda Iffet lainnya, personel Slank bisa segera menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji. “Meskipun nanti Bunda sudah nggak ada lagi, pesan saya, cepatlah menunaikan ibadah haji,” harap Bunda Iffet.

Atas semua pengorbanan dan tindakan Bunda Iffet kepada personel Slank, Bimbim, yang merupakan anak kandungnya, telah menganggap Bunda Iffet sebagai bidadari penyelamatnya. Sebab, Bunda dapat menyadarkannya beserta Kaka dan Ivan untuk berhenti dari jeratan narkoba.

“Pokoknya, nyokap itu selain ibu, manajer, teman, dan sahabat, juga menjadi bidadari penyelamat kita (Slank). Lengkap dah,” ungkap Bimbim.

Bimbim mengaku membutuhkan dorongan dan semangat dari Bunda Iffet. Bimbim dan personel Slank lainnya juga butuh bantuan dari penggemarnya, para Slanker, untuk membantu personel Slank bisa menjauhi barang-barang haram itu. “Bantu dan ingatkan kami selalu,” harap Bimbim.

Bimbim mengaku sangat bangga menjadi anak dari Bunda Iffet. Menurutnya, sang ibu yang telah melahirkannya itu sangat hebat dan rela berusaha mati-matian untuk membuatnya kembali normal seperti sedia kala.

Bahkan, dengan tulusnya Bunda Iffet tak merasa malu hingga menyembunyikan anak-anaknya sebagai pemakai narkoba. Sosok perempuan berusia 77 tahun itu malah dengan percaya diri dan bangga mengatakan kepada semua orang bahwa anak-anaknya  sedang dalam masa penyembuhan.

”Nyokap tuh hebat, dia tidak malu dengan anaknya yang make narkoba, dia yakin kita bisa sembuh. Bedalah sama ibu-ibu lain,” kata Bimbim. “Karena itu, kita menjuluki bunda sebagai Rock n Roll Mom”.

Keberhasilan Slank hingga mencapai usia 30 tahun ini pun didedikasikan Slank untuk Bunda Iffet. Karena, berkat jerih payahnya Slank dapat bertahan dan eksis hingga saat ini. Bahkan, film yang berjudul Slank Enggak Ada matinya khusus dibuat sebagai hadiah untuk berterima kasih kepada wanita berkacamata tersebut.

Bimbim pun mengaku, jika ada kehidupan selanjutnya, dia tetap ingin menjadi anak Bunda Iffet dengan keluarga dan kehidupannya seperti sekarang. Tentunya dengan kehidupan dan pembelajaran lebih baik dari sebelumnya.

Hal yang sama juga diungkapkan gitaris Slank Abdee. Menurutnya, Bunda Iffet merupakan ikon Slank. Baginya, tak ada Slank tanpa Bunda Iffet. Sebab, atas upayanya Slank dapat bangkit dalam keterpurukan dan kehancuran kala itu. Dan hingga menjadi besar, sukses, dan mencapai usia 30 tahun ini.

Abdee pun sudah menganggapnya sebagai ibu kandung sendiri. ”Pokoknya, Slank dan Bunda enggak bisa lepas dan dipisahkan,” tutup Abdee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar