Profil Band



Tahun terbentuk : 26 Desember 1983
Asal group            : Indonesia 
Base Camp           : Gang potlot

Terkenal sejak merilis debut album "Suit.. Suit... He... He... (Gadis Sexy)" (1990) 
Slank adalah salah satu band senior di tanah air. Band ini didirikan pada 26 Desember 1983 di Jakarta dan berulang kali mengalami pergantian formasi (tercatat hingga 14 kali). Namun sejak 1997, Slank yang beranggotakan Kaka (Akhadi Wira Satriaji/vokal), Bimbim (Bimo Setiawan Almachzumi/drum), Ridho (Muhammad Ridwan Hafiedz/gitar), Abdee (Abdee Negara Nurdin/gitar) dan Ivanka (bassist), belum mengganti formasinya lagi hingga saat ini. Nama Slank dipilih karena masyarakat menjuluki mereka sebagai band "slengekan". Namun tak disangka, nama tersebut malah menempatkan Slank di jajaran band papan atas Indonesia.

Bimbim awalnya mendirikan band dengan nama CSC (Cikini Stones Complex) yang khusus menyanyikan lagu-lagu The Rolling Stones. Namun karena jenuh, band ini akhirnya bubar. Tak lama setelahnya, Bimbim membuat band lagi yang dinamai Red Evil. Seiring perjalanan waktu, nama Red Evil berganti menjadi Slank bersamaan dengan direkrutnya para personil baru.

Slank melejit sejak merilis album pertama, "Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy)" pada tahun 1990. Jika dilihat dari tahun terbentuk dan rilisnya album pertama, memang terdapat selang waktu yang cukup lama. Saat itulah terjadi berbagai konflik dan pergantian personil di tubuh Slank. Namun berbagai masalah yang sempat mengguncang keutuhan Slank tersebut akhirnya terbayar dengan meledaknya album "Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy)".

Slank merilis album selanjutnya, yaitu "Kampungan" (1991), "Piss!" (1993), "Generasi Biru" (1995), "Minoritas" (1996), "Lagi Sedih" (1996), "Tujuh" (1997), "Mata Hati Reformasi" (1998), "999+09" (1999), "Virus" (2001), "Satu Satu" (2003), "Bajakan" (2003), "Road to Peace" (2004), "P.L.U.R" (2005), "Slankkissme" (2006) dan "Slow But Sure" (2007).

Saat pembuatan album keempat, Bimbim dan Kaka yang merupakan saudara, terjerat narkoba. Pergantian personil pun lagi-lagi harus terjadi karena personil lain tidak tahan dengan perilaku sakaw keduanya. Namun, Bimbim dan Kaka yang sudah berusaha sebisa mungkin, akhirnya bisa terlepas dari barang haram tersebut dan merilis album ketujuh, "Tujuh" (1997), bersama tiga personil baru. Album tersebut mengusung single "Balikin" (1997) yang menggambarkan pengalaman Bimbim dan Kaka.

Slank mendapat kesempatan untuk go international setelah dikirimnya demo rekaman ke Studio City Sound pada 2006. Mereka akhirnya berhasil merilis album internasional pertama, "Anthem For The Broken Hearted - USA Edition", di Amerika. Langkah go international Bimbim dan kawan-kawan tak berhenti sampai di situ. Slank berkolaborasi dengan band asal Jepang, The Big Hip dan menghasilkan album internasional kedua, "Slank feat. Big Hip-Japanesse Edition" (2008). Dalam rangka merayakan ulang tahun Slank yang ke-24, The Big Hip didatangkan jauh-jauh dari negeri Sakura sebagai bintang tamu di konser "From Slank With Love" di Surabaya.

Slank juga beberapa kali berkontribusi di dunia perfilman dengan menyumbang original soundtrack. Beberapa di antaranya adalah film "Get Married" (2007), "Generasi Biru The Movie" (2009) dan "Get Married 2" (2009).


Pasca dirilisnya album pertama tersebut, nama Slank semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Prestasi perlahan menghampiri. Salah satunya penghargaan dari BASF Award kategori Best Selling Album for Rock Category dan “Pendatang Baru Terbaik”. Eksistensi Slank pun tidak berhenti di situ. Berturut- turut hingga tahun 1995, mereka berhasil merilis empat album, yakni Kampungan (1992), Piss (1993), Generasi Biru (1994) (album perdana dengan status indie label di bawah naungan Piss Record) , dan Minoritas (1995). Sebuah pencapaian yang membanggakan.
 
Beberapa tema lagu Slank. Slank memang terbilang unik, ketika penyanyi dan grup musik lain hanya membawakan lagu bertema cinta, Slank tidak demikian. Beberapa tema berbeda kerap dibawakan oleh Slank, antara lain cinta, kritik sosial, alam,  gaya hidup, tema-tema ekspresif, dan tema-tema socia movement. Slank pun dikenal sebagai grup yang sering mengkritik pemerintah. Tentu kita masih ingat lagu Gossip Jalanan yang sempat membuat gerah anggota DPR pada tahun 2008. //Mau tahu gak mafia di Senayan// Kerjaannya tukang buat peraturan// Bikin UUD// Ujung-ujungnya Duit//. Sebenarnya, bukan kali ini saja Slank membawakan lagu bertema kritik sosial, dari album pertama Slank sudah membawakan lagu-lagu kritik sosial, seperti Apatis Blues, Piss, hingga Pak Tani. Slank dan Slankers Ketika kita membahas Slank, maka tidak akan dapat dipisahkan dari Slankers, komunitas penggemar yang sangat setia dan fanatik. Komunitas Gang Potlot ini telah ada sejak tahun 1983, bahkan sebelum Slank masuk dapur rekaman. (Wawancara dengan Bens Leo, 28 Maret 2011). Namun, nama Slankers baru digunakan pada tahun 1992, setelah album kedua dirilis. Gaya berpakaian Slank yang slengean dan gaya rambut gondrong  ternyata banyak diikuti oleh penggemarnya. Para penggemar tersebut sering disapa Slank. Untuk membedakan antara Slank dan penggemarnya, maka Kaka menjuluki me-reka dengan istilah Slankers. (Wawancara dengan Bim-bim, 1 Februari 2011). Jumlah pasti Slankers saat ini memang masih rancu. Jika diukur dari jumlah penjualan album Slank, maka jumlah Slankers mencapai angka 400.000 orang. (Lihat Mimpi Pulau Biru Sabang-Merauke dalam Gatra, 18 Januari 2003). Sebuah angka yang fantastis bagi komunitas penggemar grup musik di Indonesia. Tidak hanya disitu, simbol Slank bergambar kupu-kupu sering kita lihat tertera di bendera, kaus, sandal, dan atribut lainnya yang kerap digunakan oleh para Slankers. Bahkan, hampir di setiap konser musik, bendera Slank dipastikan berkibar, meski terkadang Slank tidak tampil dalam konser tersebut. Maka tidak berlebihan jika saya menjuluki Slank sebagai “band sejuta umat”. Bagi Slankers, Slank bukan hanya sekedar musik, melainkan telah menjadi ideologi (baca: Slankissme). Slank tidak pernah bosan menyampaikan nilai positif di dalam setiap lagunya yang kemudian dijadikan pedoman bagi para penggemarnya. Slank telah menyebarkan virus perdamaian dan pembebasan bagi para generasi muda yang terkesan selalu digurui oleh tetua. Istilah Generasi Biru kerap disandangkan kepada para Slankers, generasi yang bebas, slengean tapi bertanggung jawab. Hilir Melalui lirik lagu, musik, gaya hidup slengean, Slank menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Slank pun tidak dapat dipisahkan dari Slankers. Loyalitas mereka tidak perlu dipertanyakan. Bahkan saking banyaknya Slankers, Slank kerap didekati oleh beberapa partai politik, karena mereka melihat potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Slank. 
SELAMA
REPUBLIK INDONESIA MASIH ADA,
SLANK AKAN TETAP ADA
(Bim-bim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar